Makalah Komunitas Kebidanan
MAKALAH TUTORIAL KOMUNITAS SKENARIO
1
KELAS : IV A3
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wa Rohmatullahi Wa Barokaatuh
Segala
puji dan syukur marilah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayat, ridho dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah komunitas, yaitu tentang Asuhan Kebidanan Komunitas. Makalah ini di
susun sedemikian rupa sesuai sistematika yang ada serta di harapkan bermanfaat
bagi kita semua.
Terimakasih
kami sampaikan kepada dosen pembimbing kami Ibu Lusi yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk belajar membuat makalah ini. Tidak lupa kepada orang tua kami yang telah
memberi doa untuk kami dan rekan-rekan kami yang telah membantu sehingga
terselesaikannya makalah ini. Juga kepada semua pihak yang telah memberikan
dorongan baik materil maupun non materil.
Kami
menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena kurangnya
pengetahuan dan terbatasnya referensi yang kami dapatkan, sehingga kami
memerlukan saran dan kritik yang membangun demi kemajuan makalah ini.
Wassalamualaikum
Wa Rohmatullahi Wa Barokaatuh.
Yogyakarta, Maret 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
……………………………………………………………....... i
KATA PENGANTAR
……………………………………………………………..... ii
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………........ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang……………………………………………………............. 1
1.2 Tujuan …………………………………………………………………...... 2
1.3 Rumusan
Masalah…………………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengidentifikasi
Pengumpulan Data PRA....………………………...... .... 4
2.2 Faktor
Resiko yang Mempengaruhi Masalah Asuhan Kebidanan Komunitas
...................................................................................................................... 7
2.3 Memahami
Metode yang Digunakan Dalam Pengkajian....………………. 12
2.4 Jenis-Jenis
Data Di Kebidanan Komunitas .........................................….... 14
2.5 Sumber
Data Pada Asuhan Kebidanan Komunitas……..……………….... 16
2.6 Sasaran
Pada Asuhan Kebidanan Komunitas.…………………………...... 17
2.7 Pandangan
Islam dalam Komunitas……………………………………….. 17
BAB III TUTORIAL....................................................................................................... 19
BAB IV PENUTUP....................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………............... iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Komunitas berasal dari bahasa latin
yaitu “communitas” yang berarti “kesamaan” yang berarti “sama, publik, ataupun,
banya”. Istilah “community” dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat stempat”,
istilah yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota suku atatu bangsa.
Komunitas internasional dihadapkan pada gelombang konflik-konflik
baru. Secara bersama-sama konflik-konflik baru ini tidak lebih kecil
dibandingkan dengan kejadian-kejadian penting lainnya dalam sejarah : sebuah
masa dimana para sejarah masa depan dapat mendriskripsikannya sebagi masa-masa
ketika kemanusiaan menangkap atu gagal untuk menangkap peluang unrtuk
menggantikan mekanisme yang sudah using guna menyelesaikan konflik manusia (Michael Renner)
Bidang
ini mulai muncul pada tahun 1950-an dan 1960-an, pada puncak Perang Dingin,
ketika pengembangan senjata nuklir dan konflik antara Negara adikuasa tampaknya
mengancam kelangsungan hidup manusia. Sekelompok pelopor dari berbagai disiplin
ilmu yang berbeda melihat manfaat mempelajari konflik sebagai sebuah fenomena
umum, yang terjadi dalam hubungan internasional, politik dalam negeri, hubungan
industry, komunitas, keluarga dan antar individu. Mereka melihat potensi untuk
mengaplikasikan pendekatan-pendekatan potensial dengan latar belakang hubungan
industry dan mediasi komunikasi kepada konflik secara umum, termaksud konflik
sipil dan internasional.
Konsep
adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan
berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah seseorang yang telah mengikuti
pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan
praktek kebidanan. Sedangkan kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang
dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu
dan bayi yang dilahirkan (J.H. Syahlan, 1996).
Komunitas
adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu. Sasaran kebidanan komunitas
adalah ibu dan anak balita yang berada dalam keluarga dan masyarakat. Pelayanan
kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit. Kebidanan komunitas dapat
juga merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan kebidanan yang diberikan di
rumah sakit. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan
kegiatan kebidanan komunitas.
Apabila
anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil, hidup
bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat
memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi disebut
masyarakat setempat. Masyarakat adalah adanya sosial relantionship antar
anggota kelompok.
Dari
uraian di atas masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang
bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas
tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih
besar anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayah. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah
kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu.
Di
kebidanan komunitas banyak sekali hal-hal yang perlu dibahas antara lain yaitu
tentang pengkajian data, tujuan, peran bidan, jenis pengkajian yang dilakukan,
metode-metode pelaksanaan yang dilakukan, serta mencangkup sumber data dalam
komunitas.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari asuhan kebidanan komunitas sebagai
berikut:
a. Tujuan Umum
Asuhan kebidanan di komunitas harus
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesejahteraan perempuan
di wilayah kerja bidan.
1. Meningkatkan kemampuan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam pemahaman tentang pengertian sehat dan
sakit.
2. Meningkatkan kemampuan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
3. Menciptakan dukungan bagi individu
yang terkait
4. Mengendalikan lingkungan fisik dan
sosial untuk menuju keadaan sehat yang optimal
5. Mengembangkan ilmu dan melaksanakan
kebidanan kesehatan masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1.
Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab bidan.
2.
Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan
persalinan, perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
3.
Munurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko
kehamilan, persalinan, nifas dan perinatal.
4.
Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak.
5.
Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan
dan tokoh masyarakat setempat atau terkait. (Yuswanto. 2009 : 4-5).
1.3 Rumusan Masalah
Bidan
X alumni dari Stikes Aisyiyah, ditugaskan di desa Y untuk melakukan asuhan kebidanan komunitas. Langkah awal adalah
melakukan pengkajian untuk memperoleh data-data yang akurat dan lengkap. Ia
baru memperoleh data sekilas tentang kondisi kesehatan masyarakat dari tokoh
yang melalui kegiatan survey mawas diri (SMD) & PRA. Data yang diperoleh antara lain : Jumlah penduduk didominasi oleh
lansia & balita. Berbagai faktor yg mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Masyarakat terbiasa membuang sampah sembarangan,
sehingga dalam 1 tahun terakhir sering terjadi kasus diare pada anak balita. Agar data yang telah diperoleh mendapat respon masyarakat, maka Bidan X mengadakan kegiatan
musyawarah masyarakat desa 1 (MMD 1).
1. Mengidentifikasi
pengumpulan data PRA
2. Mengidentifikasi
faktor-faktor resiko yang mempengaruhi masalah asuhan kebidanan komunitas
3. Memahami
metode yang digunakan dalam pengkajian
4. Memahami
jenis-jenis data di kebidanan komunitas
5. Memahami
sumber data pada asuhan kebidanan
komunitas
6. Memahami
sasaran pada asuhan kebidanan komunitas
7. Kajian
islam dalam silaturahmi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PRA ( Partisipatory Rural Appraisal)
Suatu metode
untuk memahami desa secara partisipatif, dalam upaya memahami
permasalahan dan upaya antisipasi yang dibutuhkan, dengan berdasarkan
pada potensi dan kendala sumber daya yang tersedia. Sebuah studi sebagai
titik awal untuk memahami situasi lokal, yang dilakukan oleh suatu tim
multi-disiplin, dimana pertanyaan-pertanyaannya tidak dapat di identifikasikan lebih dahulu sebagaimana dalam
riset konvensional. Suatu pengalaman belajar bersama secara intensif,
sistematis, dan semi-terstruktur yang dilakukan di masyarakat dengan
tim multi-disiplin, dimana anggota masyarakat termasuk sebagai
peserta aktif (Bechsted, 1997).
PRA adalah sekumpulan metode/pendekatan
yang diharapkan dapat digunakan untuk memfasilitasi masyarakat
untuk:
1.
Saling
berbagi pengetahuan dan pengalaman;
2.
Menganalisis
kondisi kehidupannya; dan
3.
Membuat
rencana kegiatan berdasarkan hasil analisisnya
Tujuh Prinsip
Dasar Pra :
1.
Melibatkan kelompok masyarakat
(mewakili)
2.
Masyarakat setempat sebagai pelaku
utama
3.
Penerapan prinsip trianggulasi
4.
Berorientasi praktis
5.
Optimalkan hasil
6.
Santai dan Informal
7.
Prinsip demokrasi
Langkah-langkah Pelaksanaan PRA
1.
Persiapan
a.
Pelatihan
b.
Penyusunan Tim PRA
c.
Pendefinisisan tujuan PRA
d.
Pembuatan Desain Kegiatan PRA
e.
Kunjungan Awal
2.
Pelaksanaan Pra
a.
Penjelasan Maksud, Tujuan, dan
Proses PRA
b.
Diskusi Penggalian Informasi
c.
Pendokumentasian Hasil Diskusi
d.
Presentasi Hasil Diskusi
e.
Perumusan Rencana Aksi
3.
Tindak Lanjut
a.
Perincian Rencana Aksi
b.
Pelaksanaan Secara Partisipatif
Pengumpulan dan Pengolahan Data
A. Identifikasi Data Primer
- Teknik Pembuatan Peta Sumberdaya
- Teknik Penelusuran Lokasi /Transek
- Teknik
Pembuatan Bagan Kecenderungan Dan Perubahan
- Pembuatan
Sketsa Kebun
- Teknik
Pembuatan Bagan Peringkat
- Pembuatan
Bagan Hubungan Kelembagaan/Diagram Venn
- Penyusunan
Kalender Musim
- Kajian
Mata Pencaharian
B. Identifikasi
Data Sekunder
Pengumpulan
dan pengolahan data sekunder adalah
proses untuk mempelajari keadaan desa / wilayah berdasarkan data informasi yang
telah ada dalam bentuk dokumen tertulis yang dibuat oleh pihak tertentu
(dinas/instansi/LSM dll). Data
sekunder diperlukan sebagai dasar dalam memahami kondisi wilayah dan
masyarakatnya dalam rangka mengidentifikasi data/informasi apa yang diperlukan
dalam kegiatan PRA.
Tujuan :
a)
Diketahuinya gambaran dasar keadaan
wilayah baik masyarakat dan lingkungannya .
b)
Sebagai pembanding terhadap data
yang diperoleh secara langsung dari masyarakat pada teknik/instrumen PRA
lainnya .
Cakupan Data/Informasi yang dikumpulkan
Pengumpulan data sekunder harus
terarah sesuai dengan tujuan pelaksanaan PRA. Jika pengumpulan data sekunder
ini sejak awal tidak diarahkan dengan baik, maka tim akan menghabiskan waktu
mengumpulkan data yang tidak diperlukan atau bahkan membingungkan. Di desa-desa terpencil, biasanya sulit untuk
mendapatkan dokumen tentang keadaan wilayah tersebut, tetapi data sekunder kini
sifatnya sebagai data pendukung dari informasi/data yang diperoleh secara
langsung melalui teknik/instrumen PRA.
Beberapa jenis data sekunder yang
dikumpulkan sebagai data pendukung PRA untuk penyuluhan agribisnis diantaranya
:
a)
Data agroklimat wilayah
b)
Batas wilayah
c)
Kependudukan
d)
Kelembagaan formal dan non formal
yang ada di wilayah
e)
Tata guna lahan
f)
Jenis usaha masyarakat
g)
Tingkat pendapatan rata-rata
h)
Sarana dan prasarana di wilayah
i)
Program-program pembangunan
pertanian yang sedang berjalan atau yang pernah dilaksanakan di wilayah
j)
Teknologi yang diterapkan
k)
Data produksi, luasan areal usaha
tani, jumlah ternak dan komoditi utama yang dikembangkan di wilayah
Tahapan
Pelaksanaan :
1.
Mengidentifikasi kebutuhan
data/informasi yang diperlukan untuk menyusun perencanaan penyuluhan agribisnis
desa .
2.
Memilih dan memilah data/informasi
mana yang sudah tersedia, sudah di kumpulkan atau di dokumentasikan oleh pihak
lain (dinas/instansi/LSM dll).
3.
Mendiskusikan dimana dan siapa
sumber setiap jenis data yang dimaksud, sebelum membagi tugas diantara anggota
tim untuk melakukan pengumpulan data.
4.
Menyajikan data/informasi yang telah
dikumpulkan agar semua anggota tim dapat membaca, mengerti dan memahami kondisi/keadaan
wilayahnya .
2.2
Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Masalah Asuhan Kebidanan Komunitas
Pertama kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat bebagai faktor
termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik. Kedua ialah
timbulnya penyakit degeneratif yaitu menopause dan kanker. Dalam globalisasi ekonomi kita di perhadapkan pada persaingan global yang
semakin ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia Indonesia yang
berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus disiapkan sebaik
mungkin secara terencana, terpadu dan berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah
secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak janin dalam kandungan,
masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut.
Bidan merupakan
salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama
dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan kematian Bayi
(AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan
paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan
kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan
lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan
dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk
melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek
pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek
input, proses dan output.
Angka
kematian Ibu (AKI) di Indonesia diperkirakan 248/100.000 kelahiran hidup (SDKI
2007). Itu artinya jika diperkirakan setiap tahun ada lima juta ibu yang
melahirkan maka setiap tahun pula ada sebanyak 18.000 Ibu yang meninggal dunia
atau 2 orang ibu setiap satu jam. Dan tiga
penyebab utama kematian ini adalah pendarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi
(11%). Berdasarkan data itu pula, Angka Kematian Ibu Indonesia menempati
peringkat tertinggi di Asia Tenggara. Persoalan
terpenting lainya adalah persoalan kelangsungan hidup anak. Dari 18 juta balita
yang ada di Indonesia saat ini, paling tidak 5 juta diantaranya menderita
kekurangan gizi dan 1,7 juta lainnya mengalami gizi buruk. Penyebabnya adalah
faktor kemiskinan dan faktor lain adalah budaya dan ketidaktahuan. Hal ini pula
yang menyebabkan tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Berdasarkan
Human Development Report tahun 2007, AKB Indonesia bertengger pada posisi
43,5/1000 kelahiran hidup, dan itu artinya dari 5 juta bayi yang lahir, 217
ribu diantaranya meninggal dunia atau sekitar 650 anak setiap
harinya.
Penyebab
kematian ibu adalah:
a) Perdarahan 42%
b) Eklampsi
13%
c) Komplikasi
Aborsi 11%
d) Infeksi
10%
e) Partus
lama
9%
f) Tidak
diketahui 15%
Seperti
:
- Sosial ekonomi
- Pendidikan
- Kedudukan
dan peran wanita
- Sosial
budaya
- Transportasi
Penyebab
kematian bayi adalah :
a) Derajat
kesehatan hamil rendah dan komplikasi obstetri
b) Tumbuh
kembang janin dalam kandungan terhambat
c) Proses
persalinan (aspiksia, trauma, hipotemi)
Hasil survey
dilaporkan bahwa Perilaku seksual remaja yang mengaku terus terang pernah
hubungan seks adalah Perempuan : < 1% dan Laki-laki : 5%, dan hasil survey
lainnya melaporkan siswa-siswi di 3 SMU DKI 2002 pernah hubungan seks, yang
terdiri dari Laki-laki : 8,9% dan Perempuan : 7.2%.
Angka remaja
hamil di indonesia masih sulit untuk didapatkan karena masih ditutupi /
dirahasiakan. Dalam hal ini perlu peran para bidan untuk mensosialisasikan
fungsi alat reproduksi di kalangan remaja pra puberitas dan puberitas.
Pengalaman seksual dan penggunaan kondom (Susenas,
2002)
Umur
|
♀
|
♂
|
15-19 tahun
|
34,7%
|
30,9%
|
20-24 tahun
|
48,6%
|
46,5%
|
Tempat
tinggal
|
||
Kota
|
44,2%
|
44,1%
|
Desa
|
30,3%
|
29,9%
|
Masalah yang berhubungan dengan
kehamilan remaja adalah Jumlah / proporsi besar (22,9), penanganan belum
komprehensif, kurangnya info yang benar dan adanya penolakan beberapa pihak
sekolah terhadap pemberian pendidikan seks kepada remaja. Akibat yang paling terlihat adalah meningkatkan angka
arbosi yang tidak aman serta perkawinan usia muda.
Berdasarkan
penjelasan pasal 15 ayat 12 UU Kes No. 23 / 1992 dinyatakan bahwa peluang untuk
beraborsi tetap terbuka, tetapi hanya dilakukan dalam keadaan darurat.
Pengertian Unsafe Abortion adalah pengguguran kandungan yang dilakukan dengan
tindakan yang tidak steril serta tidak aman, secara medis. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari Aborsi adalah :
1. Gangguan
psikis
2. Perporasi
3. Infeksi
4. Syok
Peran bidan
dalam menangani Unsafe Abortion adalah memberikan penyuluhan pada klien tentang
efek-efek yang ditimbulkan dari tindakan unsafe abortion. Untuk bidan atau
nakes perlu disadari bahwa siapa saja yang melakukan tindakan aborsi tanpa
indikasi (ilegal) akan dijerat hukum denda dan hukuman kurungan serta
perjanjian kepada Tuhan yang Maha Esa. Berat badan
bayi < 2500 gram. Masih rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang
dilahirkan, semakin tinggi morbilitas dan mortilitas bayi. Faktor predisposisi
BBLR adalah:
1.
Faktor ibu
a) Riwayat
kelahiran prematur sebelumnya
b) HAP
c) Malnutrisi
d) Hidramnion
e) Penyakit
kronis (jantung)
f) Hipertensi
g) Umur ibu
< 20 tahun dan > 35 tahun
h) Jarak
kehamilan < 2 tahun
2.
Faktor janin
a) Cacat bawaan
b) KPD
c) Hidramnion
3.
Ekonomi yang rendah
4.
Kebiasaan
a) Pekerjaan
yang melelahkan
b) Merokok
5.
Tidak diketahui
Tingkat
fertilitas / tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (Pasangan Usia
Subur) merupakan salah satu masalah kebidanan komunitas yang perlu mendapatkan
perhatian karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh
tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB. Peran
bidan adalah memberikan penyuluhan pada PUS tentang sistem reproduksi dalam
kehidupan suami-istri.
Biasanya
disebabkan oleh tingkat kepercayaan masyarakat pada dukun masih tinggi,
rendahnya profesionalisme bidan dalam menolong persalinan, kurangnya pendekatan
personal antara bidan dan bumi, peran bidan dalam hal ini adalah lebih
meningkatkan kebersamaan dengan anggota masyarakat meningkatkan profesionalisme
dalam bidang pertolongan persalinan / ilmu kebidanan.
PMS adalah infeksi yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Umumnya mata rantai penularan PMS adalah PSK. Rasio
penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK
tidak dilakukan. PMS yang banyak ditemui Gonorrhoe (60), Sifilis,
Trikomoniasis, Herpes simplek, HIV / AIDS. Peran bidan adalah memberikan penyuluhan tentang
resiko yang ditimbulkan akibat seks bebas yang dilakukan bukan dengan pasangan
yang sah terutama dengan PSK, penyuluhan tentang penggunaan kondom dalam
kondisi tertentu. Perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan
kebidanan di komunitas.
Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat
adalah :
a) Kurangnya
pengetahuan, salah satunya dibudang kesehatan
b) Adat istiadat
yang dianut / berlaku di wilayah setempat
c) Kurangnya
peran serta masyarakat
d) Perilaku
masyarakat yang kurang terhadap kesehatan
e) Kebiasaan-kebiasaan
/ kepercayaan negatif yang berlaku negatif dan positif.
Sosial
budaya yang ada di masyarakat memberi 2 pengaruh pada masyarakat tersebut
yaitu: pengaruh negatif dan positif.
Sosial
budaya masyarakat yang bersifat positif antara lain :
a. Rasa
kekeluargaan dan semangat gotong royong
b. Mengutamakan
musyawarah dalam mengambil keputusan
c. Rasa tolong
menolong / perasaan senasib sepenanggungan
Sosial
budaya masyarakat yang bersifat negatif antara lain :
a. Membuang
sampah sembarangan sehingga timbul daerah kumuh
b. Penyalahgunaan
obat-obatan
c. Industri-industri
yang tidak memperhatikan pembuangan limbah yang baik
d. Wanita
pekerja yang tidak dapat merawat anaknya dengan baik
e. Masalah
kesehatan jiwa yang menonjol.
2.3 Metode dalam pengkajiaan
Metode secara kualitatif :
a). FGD (focus group discution) /
DKT (Diskusi Kelompok Terarah)
Suatu metode riset atau proses
pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik
melalui diskusi kelompok (wawancara mendalam).
b). SMD (survey mawas diri)
Survei Mawas Diri adalah kegiatan
pengenalan, pengumpulan danpengkajian masalah kesehatan yang dilakukan oleh kader
dan tokoh masyarakat setempat dibawah bimbingan kepala Desa/Kelurahan dan
petugaskesehatan (petugas Puskesmas, Bidan di Desa).
1.
Tujuan SMD :
a. Dilaksanakannya pengumpulan data,
masalah kesehatan, lingkungandan perilaku.
b. Mengkaji dan menganalisis masalah
kesehatan, lingkungan danperilaku yang paling menonjol di masyarakat.
c. Mengiventarisasi sumber daya
masyarakat yang dapat mendukungupaya mengatasi masalah kesehatan.
d. Diperolehnya dukungan kepala
desa/kelurahan dan pemuka masyarakatdalam pelaksanaan penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat diDesa Siaga.
2.
Sasaran SMD adalah semua rumah yang ada di desa/kelurahan
ataumenetapkan sampel rumah dilokasi tertentu (± 450 rumah) yang
dapatmenggambarkan kondisi masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku padaumumnya
di desa/kelurahan.
3. Lokasi SMD dilaksanakan di
desa/kelurahan terpilih
4. Pelaksana SMD dilaksanakan oleh
kader dan tokoh masyarakat atau sekelompokwarga masyarakat yang telah ditunjuk
pada pertemuan tingkat desa.
5. Waktu SMD dilaksanakan sesuai dengan
hasil kesepakatan pertemuantingkat desa/kelurahan.
a. Cara Pelaksanaan
Petugas Puskesmas, Bidan di desa dan
kader/kelompok warga yangditugaskan untuk melaksanakan SMD dengan kegiatan
meliputi : Pengenalan instrumen (daftar pertanyaan) yang akan dipergunakandalam
pengumpulan data dan informasi masalah kesehatan, penentuan sasaran baik jumlah
KK ataupun lokasinya, penentuan cara memperoleh informasi masalah kesehatan
dengancara wawancara yang menggunakan daftar pertanyaan.
b. Pelaksana SMD
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok
warga yang telah ditunjukmelaksanakan SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas
dan bidandi desa mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai denganrencana
yang telah ditetapkan.
c. Pengolahan Data
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok
warga yang telah ditunjukmengolah data SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas
dan bidandi desa, sehingga dapat diperoleh perumusan masalah kesehatanuntuk
selanjutnya merumuskan perioritas masalah kesehatan,lingkungan dan perilaku di
desa/kelurahan yang bersangkutan.
c). PRA ( Partisipatory rural
Appraisal)
Cara yang digunakan dalam melakukan
pengkajian/penilaian/penelitian untuk memahami keadaan atau kondisi desa atau
wilayah tertentu melibatkan partisipasi masyarakat.
d). MMD (musyawarah masyarakat
desa)
Musyawarah yang dihadiri oleh
perwakilan masyarakat untuk membahas masalah-masalah yang ada didesa serta
merencanakan penanggulanganya.
Tujuan :
1. Agar masyarakat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi,
yang dirasakan diwilayahnya
2. Agar masyarakat sepakat untuk bersama-sama
menanggulanginya
3. Tersusunya rencana kerja untuk penanggulangan yang
disepakati bersama.
e). PERTEMUAN TINGKAT DESA
Merupakan langkah awal dari kegiatan
desa siaga.
f.) OBSERVASI
Tidak melibatkan masyarakat tetapi
ikut serta dalam kegiatan masyarakat. Yaitu metode atau cara yang
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sitematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
Teknik observasi :
1. Observasi yang direncanakan
2. Observasi informasi tidak direncanakan terlebih
dahulu.
Situasi di dalam observasi:
1. Situasi bebas
2. Situasi yang dibuat
3. Situasi campuran.
Cara-cara mencatatkan observasi :
1.
Unit-unit tingkah laku yang akan diamati, dirumuskan, atau ditentukan
lebih dahulu dan catatan-catatan yang dibuat hanyalah mengenai aspek-aspek atau
kegiatan yang telah ditentukan
2.
Kita mengadakan observasi tampa menentukan terlebih dahulu
aspek-aspek yang akan diamati.
2.4 Jenis-Jenis Data di Kebidanan Komunitas
Jenis data yang dikumpulkan dapat
berupa data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang
diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh klien, termasuk sensasi
klien, perasaan, nilai-nilai, kepercayaan, pengetahuan, dan persepsi terhadap
status kesehatan dan situasi kehidupan, misalnya: rasa nyeri, mual, sakit
kepala, rasa kuatir, cemas, dan lain lain. Sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh
melalui suatu pengamatan, pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standar
yang diakui (berlaku), misalnya: perubahan warna kulit, tekanan darah, suhu
tubuh, perubahan perilaku, dan lain lain.
Sumber data yang dapat dipergunakan
untuk pengumpulan data adalah sumber data primer, sekunder, dan tersier. Sumber
data primer adalah data-data yang dikumpulkan langsung dari klien, yang dapat
memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapinya.
Sumber data sekunder adalah
data-data tidak langsung dari klien yang dikumpulkan dari sumber lain, seperti keluarga,
teman, profesional kesehatan lain. Sedangkan sumber data tersier adalah data
yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan, laboratorium, analisis
diagnostik, rekam medik dan dari literatur yang relevan. (Craven & Hirnle,
2000; Kozier et al., 1995).
Pengkajian data
Adalah
melakukan penilaian tentang data yang ada di komunitas meliputi karakteristik
demografi
1) Jenis pengkajian data ada 2 tipe :
a) Data subyektif àPersepsi klien tentang masalah
kesehatan
b) Data obyektif àPengamatan atau pengukuran yang
dibuat oleh pengumpul data
Antara
lain jenis yang digunakan yaitu manajemen kebidanan :
Manajemen
kebidananan adalah
metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan dan mencari langkah-langkah
pemecahan masalah serta melakukan tindakan. Penerapan manajemen kebidanan
melalui proses yang secara berurutan yaitu identifikasi masalah, analisis
dan perumusan masalah, rencana
dan tindakan pelaksanaan serta evaluasi hasil tindakan. Manajemen
kebidanan juga digunakan oleh bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB
di komuniti, penerapan manajemen kebidanan komuniti (J.H. Syahlan, 1996).
1.
Identifikasi masalah
Bidan yang berada di desa memberikan
pelayanan KIA dan KB di masyarakat melalui identifikasi, ini untuk mengatasi
keadaan dan masalah kesehatan di desanya terutama yang ditujukan pada kesehatan
ibu dan anak.
2.
Analisa dan perumusan masalah
Setelah data dikumpulkan dan dicatat
maka dilakukan analisis. Hasil analisis tersebut dirumuskan sebagai syarat
dapat ditetapkan masalah kesehatan ibu dan anak di komunitas.
Dari data yang dikumpulkan, dilakukan analisis yang dapat ditemukan jawaban tentang :
Dari data yang dikumpulkan, dilakukan analisis yang dapat ditemukan jawaban tentang :
a. Hubungan antara penyakit atau status
kesehatan dengan lingkungan keadaan sosial budaya atau perilaku, pelayanan
kesehatan yang ada serta faktor-faktor keturunan yang berpengaruh terhadap
kesehatan. (H.L. Blum).
b. Masalah-masalah kesehatan, termasuk
penyakit ibu, anak dan balita.
c. Masalah-masalah utama ibu dan anak
serta penyebabnya
d. Faktor-faktor pendukung dan
penghambat
Rumusan masalah dapat ditentukan
berdasarkan hasil analisa yang mencakup masalah utama dan penyebabnya serta
masalah potensial.
3.
Diagnosa potensial
Diagnosa yang mungkin terjadi
4.
Antisipasi penanganan segera
Penanganan segera masalah yang
timbul
5.
Rencana (intervensi)
Rencana untuk pemecahan masalah
dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan dan evaluasi.
6.
Tindakan (implementasi)
Kegiatan yang dilakukan bidan di
komunitas mencakup rencana pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
7.
Evaluasi
Untuk mengetahui ketepatan atau kesempurnaan antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan.
Untuk mengetahui ketepatan atau kesempurnaan antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan.
2.5
Memahami
Sumber Data Pada Asuhan
Kebidanan Komunitas
Sumber data yang dapat dipergunakan untuk pengumpulan data adalah sumber
data primer, sekunder, dan tersier. Sumber data primer adalah data-data yang
dikumpulkan langsung dari klien, yang dapat memberikan informasi yang lengkap
tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya. Sumber data
sekunder adalah data-data tidak langsung dari klien yang dikumpulkan dari sumber
lain, seperti keluarga, teman, profesional kesehatan lain. Sedangkan sumber
data tersier adalah data yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan,
laboratorium, analisis diagnostik, rekam medik dan dari literatur yang relevan.
(Craven & Hirnle, 2000; Kozier et al., 1995).
Sumber data
pengkajia
yang dapat memudahkan pemahaman atas keadaan dan bisa didapat melalui kohort,
kader posyandu, kelurahan, puskesmas, PLKB, masyarakat, lembaga pendidikan, LSM,
tokoh masyarakat, lembaga kebersihan, dukun, dll.
2.6
Memahami
Sasaran Pada Asuhan
Kebidanan Komunitas
Sasaran pelayanan kebidanan khusus
meliputi bayi baru lahir, balita, anak, anak, remaja, dewasa, masa reproduksi
(hamil, bersalin, nifas) hingga lansia yang berada didalam keluarga dan
masyarakat. Dan sasaran pelayanan kebidanan secara umum yaitu individu,
keluarga, dan masyarakat baik yang sehat dan sakit maupun yang mempunyai
masalah kesehatan secara umum.
2.7
Pandangan
Islam Dalam Komunitas
Terdapat ayat-ayat Al-Quran antara
lain :
Syura atau pengambilan pendapat hukumnya
sunnah dan khusus bagi kaum Muslim. AllahSWT berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ
عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya (QS. Ali Imran [3]: 159)
Ini seluruhnya dari Rasul untuk seluruh kaum Muslim. Dan ayat
yang kedua berbunyi:
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ
وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antar mereka. (QS. asy-Syura [42]: 38)
Sifat-sifat itu hanya ada pada kaum Muslim.
a. Abu Hurairah ra
berkata: Aku
tidak pernah melihat seseorang yang lebih banyak musyawarahnya dari pada
Rasulullah saw terhadap para sahabatnya.
b. Hasan ra berkata : Tidaklah suatu kaum bermusyawarah kecuali mereka memperoleh
petunjuk agar urusan mereka mendapatkan bimbingan.
Adapun penyampaian pendapat boleh didengar
dari kaum Muslim maupun non muslim, karena Rasul telah mentaqrirkan suatu pendapat
yang ada pada hilf al-fudlul. Beliau bersabda: ‘Jika aku dipanggil bersamanya,
sungguh aku akan memenuhi (panggilannya), dan aku tidak ingin melanggarnya.
(Ketahuilah) bahwasanya hal itu bagiku (lebih baik dari pada) unta merah’. Padahal pendapat tersebut adalah pendapat
orang-orang musyrik.
Sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarah antar mereka. (QS. asy-Syura [42]: 38)
Dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. (QS. Ali Imran [3]: 159)
Ayat ketiga :
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا
عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
Artinya : Dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakalah kepada Allah. (QS. Ali Imran [3]: 159)
BAB III
PENUTUP
Dari data yang telah
kami dapatkan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa Asuhan Kebidanan Komunitas
sangat penting bagi masyarakat baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
yang terutama terfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), dan juga
kesehatan reproduksi. Menciptakan dokumen tentang asuhan
kebidanan komunitas yang diberikan kepada masyarakat, memungkinkan berbagai informasi
diantara para pemberi asuhan kebidan komunitas, memfasilitasi pemberian asuhan
kebidanan komunitas yang berkesinambungan, memungkinkan pengevalusian dari
asuhan kebidanan komunitas yang diberikan, memberikan data untuk catatan
nasional, riset dan statistik.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/6951586/BAB_I_PENDAHULUAN_Komunitas
Asuhan Kebidanan
Komunitas. Yogyakarta: Nuha. Medika. Amiruddin, R dkk. 2007
Intervensi Komunitas Adi,
Isbandi R.2008
Kode etik kebidanan. Yogyakartan: Intan, dkk. 2009
Kebidanan komunitas. Yogyakarta: Niken dkk. 2009
Komentar
Posting Komentar