SAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
I.
PENGANTAR
Sasaran :
Remaja
Hari / Tanggal : 07 Desember 2014
Jam :19.00
WIB.
Waktu :
35 menit.
Tempat :
rumah Tn MI
II.
IDENTIFIKASI MASALAH
Masa remaja merupakan salah satu
periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi,
perubahan psikologi, dan perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya
masa remaja pada umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia
18-22 tahun. World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang
sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai
kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi
dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi
relatif mandiri.
remaja adalah anak berusia 13-25
tahun, di mana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umummnya, yaitu
ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25 tahun
adalah usia ketika mereka pada umumnya, secara sosial dan psikologis mampu
mandiri. Berdasarkan uraian di atas ada dua hal penting menyangkut, batasan
remaja, yaitu mereka sedang mengalami perubahan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa dan perubahan tersebut menyangkut perubahan fisik dan psikologi.
III.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM. (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan
penyuluhan diharapkan “Para Remaja” dapat mengetahui tentang pentingnya kesehatan Reproduksi Pada
Remaja
IV.
TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan
penyuluhan “Para Remaja” dapat
menjelaskan kembali :
1. Pengetian
tentang kesehatan Reproduksi
2.
Perubahan Fisik, Biologis, Psikososial Remaja
3.
Dapat mengetahui perilaku remaja
V.
MATERI
Terlampir.
VI.
METODE
1. Ceramah
2. Tanya
Jawab
VII.
MEDIA
1. Materi
SAP
2. Powerpoint
dan Leaflet
VIII.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
No
|
Waktu
|
Kegiatan Penyuluhan
|
Kegiatan Peserta
|
1
2.
3
4
|
2 menit
25 menit
6 menit
2 menit
|
Pembukaan:
Memberi Salam
Menyebutkan Materi atau pokok pembahasan yang akan disampaikan
Pelaksanaan:
Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur
Evaluasi:
Meminta audiens menjelaskan atau
menjelaskan kembali mengenai pengertian kesehatan reproduksi, Perubahan Fisik, Biologis,
Psikososial Remaja, dapat mengetahui perilaku remaja
Memberikan pujian
atas keberhasilan dalam menjelaskan pertanyaan dan memperbaiki kesalahan,
serta menyimpulkan.
Penutup:
Mengucapkan terimakasih dan mengucapkan salam
|
Menjawab salam
Mendengarkan dan memperhatikan
Menyimak dan memperhatikan
Menjawab Pertanyaan
Menjawab salam
|
IX.
EVALUASI
1.
Jenis :
Tanya Jawab
2.
Teknik :
Lisan
3.
Jumlah : 3
buah
Pertanyaan di lampirkan
X.
PENGESAHAN
Yogyakarta, 07 Desember 2014
Sasaran Pemberi Penyuluh
(...............) (...........................)
Mengetahui,
Pembimbing Penyuluhan
(...... ...)
XI.
LAMPIRAN MATERI
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
A.
Pengertian Remaja Dalam Konteks Kesehatan Reproduksi
Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa.Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan
sosial budaya setempat.
Menurut WHO
(badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24
tahun.
Sedangkan dari
segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen
Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.Menurut
BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja
adalah 10 sampai 21 tahun.
Kesehatan Reproduksi (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran &
sistem reproduksi .
Kesehatan Reproduksi Menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu
keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Secara garis
besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan
reproduksi yaitu :
1.
Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan
ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi
tempat tinggal yang terpencil).
2.
Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada
kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang
fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan
satu dengan yang lain, dsb).
3.
Faktor psikologis (dampak
pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan
hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara
materi, dsb)
4.
Faktor biologis (cacat
sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual,
dsb).
Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi:
a)
Konseling dan informasi
Keluarga Berencana (KB)
b)
Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk:
pelayanan aborsi yang aman, pelayanan bayi
baru lahir/neonatal)
c)
Pengobatan infeksi saluran
reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual (PMS), termasuk pencegahan
kemandulan
d) Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
e)
Konseling, informasi dan edukasi (KIE)
mengenai kesproa.
Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi
dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.Pengertian sehat disini tidak
semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat
secara mental serta sosial kultural.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses
reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan
remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Pengetahuan Dasar yang perlu
diberikan kepada remaja agar mereka
mempunyai kesehatan reproduksi yang baik, antara lain :
a.
Pengenalan mengenai sistem,
proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja)
b.
mengapa remaja perlu
mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai
dengan keinginnannya dan pasanganya
c.
Penyakit menular seksual
dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi
d.
Bahaya narkoba dan miras
pada kesehatan reproduksi
e.
Pengaruh sosial dan media
terhadap perilaku seksual
f.
Kekerasan seksual dan
bagaimana menghindarinya
g.
Mengambangkan kemampuan
berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal
yang bersifat negatif
h.
Hak-hak reproduksi
Masalah
kesehatan reproduksi remaja di Indonesia kurang mendapat perhatian yang cukup.
Ada beberapa kemungkinan mengapa hal itu terjadi:
1)
Banyak kalangan yang
berpendapat bahwa masalah kesehatan reproduksi, seperti juga masalah kesehatan
lainnya, semata-mata menjadi urusan kalangan medis, sementara pemahaman
terhadap kesehatan reproduksi (apalagi kesehatan reproduksi remaja) di kalangan
medis sendiri juga masih minimal. Meskipun sejak konperensi Kairo definisi
mengenai kesehatan reproduksi sudah semakin jelas, diseminasi pengertian
tersebut di kalangan medis dan mahasiswa kedokteran agaknya belum memadai.
2)
Banyak kalangan yang
beranggapan bahwa masalah kesehatan reproduksi hanyalah masalah kesehatan
sebatas sekitar poses kehamilan dan melahirkan, sehingga dianggap bukan masalah
kaum remaja. Apalagi jika pengertian remaja adalah sebatas mereka yang belum
menikah. Di sini sering terjadi ketidak konsistensian di antara para pakar
sendiri karena di satu sisi mereka menggunakan istilah remaja dengan batasan
usia, tetapi di sisi lain dalam pembicaraan selanjutnya mereka hanya membatasi
pada mereka yang belum menikah.Banyak yang masih mentabukan untuk membahas
masalah kesehatan reproduksi remaja karena membahas masalah tersebut juga akan
juga berarti membahas masalah hubungan seks dan pendidikan seks.
B. Perubahan
Fisik, Biologis, Psikososial Remaja
1. Tumbuh Kembang Remaja.
Masa remaja dibedakan
dalam :
1)
Masa remaja awal, 10 – 13 tahun.
2)
Masa remaja tengah, 14 – 16 tahun.
3)
Masa remaja akhir, 17 – 19 tahun.
2. Pertumbuhan
Fisik Pada Remaja Perempuan :
a)
Mulai
menstruasi.
b)
Payudara dan panggul membesar.
c)
Indung telur membesar.
d)
Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh
jerawat.
e)
Vagina
mengeluarkan cairan.
f)
Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar
vagina.
g)
Tubuh
bertambah tinggi (Lengan dan Tungkai kaki bertambah panjang )
h)
Tulang-tulang
wajah mulai memanjang dan membesar, sehingga tidak terlihat seperti anak kecil
lagi.
i)
Kaki dan tangan bertambah besar
j)
Keringat bertambah banyak
k)
Indung
telur mulai membesar dan berfungsi sebagai organ reproduksi
2. Perubahan
fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :
1)
Terjadi
perubahan suara mejadi besar dan berat.
2)
Tumbuh
bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
3)
Tumbuh
kumis.
4)
Mengalami
mimpi basah.
5)
Tumbuh
jakun.
6)
Pundak
dan dada bertambah besar dan bidang.
7)
Penis
dan buah zakar membesar.
8)
Tubuh
bertambah berat dan tinggi
9)
Keringat
bertambah banyak
10) Kulit dan rambut
mulai berminyak
11) Lengan dan tungkai kaki bertambah besar
12) Tulang-tulang
wajah mulai memanjang dan membesar, sehingga tidak terlihat seperti anak kecil
lagi
Pada Usia Remaja, Tugas-Tugas
Perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan yang baru dan lebih
masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis
b. Mencapai peran sosial maskulin dan
feminin
c. Menerima keadaan fisik dan dapat
mempergunakannya secara efektif
d. Mencapai kemandirian secara emosional
dari orangtua dan orang dewasa lainnya
e. Mencapai kepastian untuk mandiri secara
ekonomi
f. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri
untuk bekerja
g. Mempersiapkan diri untuk memasuki
perkawinan dan kehidupan keluarga
h. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep
intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara
i. Menginginkan dan mencapai perilaku yang
dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
j. Memperoleh
rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku
Perubahan Psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja
laki-laki, mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan
dan tanggung jawab, yaitu :
a. Remaja
lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
b. Remaja lebih sering membantah atau
melanggar aturan orang tua.
c. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan
menutup diri.
d. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi
sangat tergantung pada kelompoknya.
C. Determinan Perkembangan Remaja
Pada bagian ini juga penting
diketahui aspek atau faktor-faktor yang berhubungan atau yang mempengaruhi
kehidupan remaja. Keluarga, sekolah ,dan tetangga merupakan aspek yang secra
langsung mempengaruhi kehidupan reamaja, sedangan struktur sosial ,ekonomi politik
,dan budaya lingkungan merupakan aspek yang memberikan pengarauh secara tidak
langsung terhadap kehidupan remaja. Secara garis besarnya ada dua tekanan pokok
yang berhubungan dengan kehidupan remaja ,yaitu internal pressure (tekanan dari
dalam diri remaja) dan external pressure (tekanan dari luar diri remaja)
Tekanan dari dalam (internal
pressure) merupakan tekanan psikologis dan emosional. Sedangkan teman sebaya,
orang tua guru, dan masyarakat merupakan sumber dari luar (external pressure).
Teori ini akan membantu kita memahami masalah yang dihadapi remaja salah
satunya adalah masalah kesehatan reproduksi.
D.
Perilaku seksual remaja dan kesehatan
reproduksi
Perilaku seksual remaja terdiri
dari tiga buah kata yang memiliki pengertian yang sangat berbeda satu sama
lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons organisme atau respons
seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada(Notoatmojdo,1993). Sedangakan
seksual adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan
dengan seks. Jadi perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun
dari luar dirinya.
Adanya penurunan usia rata-rata
pubertas mendorong remaja untuk aktif secara seksual lebih dini. Dan adanya
presepsi bahwa dirinya memiliki resiko yang lebih rendah atau tidak beresiko
sama sekali yang berhubungan dengan perilaku seksual, semakin mendorong remaja
memenuhi memenuhi dorongan seksualnya pada saat sebelum menikah. Persepsi
seperti ini di sebut youth uulnerability
oleh Quadrel et. aL. (1993) juga menyatakan bahwa remaja cenderung melakuakan
underestimate terhadap uulnerability dirinya. Banyak remaja mengira bahwa
kehamilan tidak akan terjadi pada intercourse (sanggama) yang pertama kali atau
dirinya tidak akan pernah terinfeksi HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup
kuat.
Dari kedua definisi kesehatan
reproduksi tersebut ada beberapa faktor yang berhubungan dengan status
kesehatan reproduksi seseorang, yaitu faktor sosial ,ekonomi,budaya, perilaku
lingkungan yang tidak sehat, dan ada tidaknya fasilitas pelayanan kesehatan
yang mampu mengatasi gangguan jasmani dan rohani. Dan tidak adanya akses
informasi merupakan faktor tersendiri yang juga mempengaruhi kesehatan
reproduksi.
Perilaku seksual merupakan salah
satu bentuk perilaku manusia yang sangat berhubungan dengan kesehatan
reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja ICPD Kairo dicantumkam
definisi kesehatan reproduksi menyebabkan lahirnya hak-hak reproduksi.
Berdasarkan pasal tersebut hak-hak reproduksi di dasarkan pada pengakuan akan
hak-hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan
bertangung jawab mengenai jumlah anak , penjarangan anak (birth spacing ), dan
menentukan waktu kelahiran anak-anak mereka dan mempunyai informasi dan cara
untuk memperolehnya, serta hak untuk menentukan standar tertinggi kesehatan
seksual dan reproduksi. Dalam pengertian ini ada jaminan individu untuk
memperoleh seks yang sehat di samping reproduksinya yang sehat (ICPD, 1994). Sudah
barang tentu saja kedua faktor itu akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidak
kesehatan reproduksi seseorang ,termasuk kesehatan reproduksi remaja.
E. Resiko
perilaku seksual berisiko remaja saat ini
Seperti telah dikemukakan di
bagian pendahuluan, banyak penelitian dan berita di media massa yang
menggambarkan fenomena perilaku seksual remaja pranikah di indonesia.
Sebenarnya perilaku seksual remaja pranikah sudah ada sejak manusia ada. Tetapi
informasi tentang perilaku tersebut cenderung tidak terungkap secara luas.
Sekarang kondisi masyarakat telah berubah .dengan telah makin terbukanya arus
informasi, makin banyak pula penelitian atau studi yang mengungkapkan
permasalahan perilaku seksual remaja, termasuk hubungan seksual pranikah. Di
indonesia sendiri ada beberapa penelitihan yang menggambarkan fenomena perilaku
seksual remaja pranikah. Berikut ini ada beberapa penelitian kuantitatif dan
kualitatif yang menggambarkan fenomena tersebut.
3.
Penyakit menularseksual (PMS) –HIV/AIDS
Dampak lain dari perilaku seksual
remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS.
Sering kali remaja melakukan hubungan seks yang tidak aman. Adanya kebiasaan
berganti-ganti pasangan dan melakuakan anal seks menyebabkan remaja semakin
rentan untuk tertular PMS/HIV, seperti sifilis ,gonore,herpes, klamidia dan
AIDS . dari data yang ada menukjukan bahwa diantara penderita atau kasus
HIV/AIDS, 53,0% berusia antara 15-29 tahun. Tidak terbatasnya cara melakuakan
hubungan kelamin pada genital-genital saja(bisa juga oragenital) menyebabkan
penyakit kelamin tidak saja terbatas pada daerah genital, tetapi dapat juga
pada daerah-daerah ektra genital.
4.
Psikologis
Dampak lain dari perilaku seksual
remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah konsekuensi
psikologis. Setelah kehamilan terjadi ,pihak perempuan –atau tepatnya korban-
utama dalam masalah ini. Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan remaja
perempuan dalam posisi terpojok yang sangat delimatis. Dalam pandangan masyarakat
,remaja putri yang hamil merupakan aib keluarga,yang secara telak mencoreng
nama baik keluarga dan ia adalah si pendosa yang melangar norma-norma sosial
dan agama. Penghakiman sosial ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi
dalam diri remaja putri tersebut. Perasaan binggung, cemas, malu, dan bersalah
yang dialami remaja setelah mengetahui kehamilanya bercampur dengan perasaan
depresi, pesimis terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa benci dan marah
baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib membuat
kondisi sehat secara fisik ,sosial dan mental yang berhubungan dengan sistem
,fungsi,dan proses reproduksi remaja tidak terpenuhi. Namun ada hal yang perlu
pula untuk diketahui bahwa dampak yang terjadi pada remaja bukan hanya pada
saat pranikah,namun dapat pula memberikan dampak negatif saat menikah dan hamil
muda. Hal-hal
yang mungkin terjadi saat menikah dan hamil di usia sangat muda (dibawah 20
tahun).
F.
Strategi Meningkatkan Kesehatan
Anak Remaja
a.
Pendidikan Seks
Strategi pendidikan seks di masa
lalu berfokus pada anatomi fisiologi reproduksi dan penyuluhan perilaku yang
khas kehidupan keluarga Amerika kelas menengah. Baru – baru ini pendidikan seks
mulai membahas masalah seksualitas manusia yang dihadapi remaja. Misalnya,
program – program yang sekarang berfokus pada upaya remaja untuk “mengatakan
tidak”. Pihak oponen program pendidikan seks di sekolah percaya bahwa diskusi
eksplisit tentang seksualitas meningkatkan aktivitas seksual diantara remaja
dan mengecilkan peran orang tua. Pihak pendukung mengatakan, tidak adanya
diskusi semacam itu dari orang tua dan kegagalan mereka untuk member anak –
anak mereka informasi yang diperlukan
secara nyata untuk menghambat upaya mencegah kehamilan pada remaja. Peran
keluarga, masjid, gereja, sekolah kompleks dan kontraversial tentang pendidikan
seks. Orang tua mungkin tidak terlibat dalam pendidikan seks anak – anaknya
karena beberapa alasan.
DAFTAR PUSTAKA
Soekidjo, Notoatmodjo.(2007).Kesehatan masyarakat,edisi ke 11.Jakarta
: Rineka Cipta.
Bobak,Lowdermik, jensen.(2004).”Buku Ajar Fundamental Keperawatan,Edisi
4.EGC.Jakarta
Potter& perry.(2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Edisi
4.EGC.Jakarta
Komentar
Posting Komentar